Selasa, 27 Mei 2014

Fakta Fisika Pada Roller Coaster

Pernahkah kalian menaiki Roller Coaster? Lalu bagaimana roller coaster tersebut mampu melaju dengan kecepatan tinggi tanpa terlepas dari relnya?


Barangkali banyak diantara kalian yang pernah menaikinya, tapi belum tahu apa yang menyebabkan roller coaster mampu melaju dengan kecepatan tinggi diatas relnya tanpa terjatuh. Hal tersebut dapat dijawab denngan menggunakan prinsip fisika.

Roller coaster adalah wahana permainan berupa kereta yang dipacu dengan kecepatan tinggi pada jalur rel khusus, biasanya terletak diatas tanah yang memiliki ketinggiam yang berbeda-beda. Rel ini ditopang oleh rangka baja yang disusun sedemikian rupa. Wahana ini pertama kali ada di Disney Land, Amerika Serikat. Roller coaster ini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang. Prinsip permainan ini telah dikenal pada abad ke-16, di Rusia. Dimana bukit yang dalam keadaan membeku dapat dijadikan sebagai tempat berselancar hanya dengan bermodalkan balok kayu.  Dan ketika musim panas, papan seluncur tersebut dilengkapi dengan roda. Roller coaster pertama (konstruksi angka 8) yang bentuknya seperti sekarang ini dibuka di Coney Island (Brooklyn, New York, Amerika), tahun 1884, dengan nama “Gravity Pleasure Switch Back Railway”.

Ilmu fisika dalam r0ller coaster :

a. Energi Potensial (EP).
Yakni energy yang “dikandung” roller coster dikarenakan oleh potensialnya, bernilai maksimum pada saat berada di posisi puncak lintasan Energi potensial bernial nol pada saat roller coaster berada di posisi “lembah” (posisi terendah) lintasan. Ini dikarenakan Energi potensial diubah menjadi energi kinetik, ketika roller coaster bergerak turun.

b. Energi kinetik (EK).
Yakni energi yang dihasilkan oleh roller coaster karena geraknya (dalam hal ini, yang dimaksud adalah kecepatan) bernilai nol pada saat roller coaster berada di puncak lintasa. Mengapa? Hal ini berkebalikan dengan prinsip dari Energi Potensial pada roller coaster, yaitu ketika berada di posisi “lembah” (posisi terendah) lintasan, energinya bernilai maksimum, dan pada saat roller coaster bergerak naik energi kinetiknya diubah menjadi menjadi energi potensial.

c. Dinamika Roller Coaster (Percepatan dan Perlambatan).
Gerak roller coaster mengalami percepatan, yakni perubahan kecepatan terhadap waktu yakni kecepatan bertambah terhadap waktu, ketika bergerak menurun. Roller coaster mengalami perlambatan (percepatan negative) yakni kecepatannya berkurang terhadap waktu ketika bergerak naik. Perubahan kecepatan juga terjadi pada saat roller coaster berubah arah.


d. Gaya Gravitasi
Pada roller coaster, kamu tetu mengalami gaya gravitasi, yakni gaya (interaksi) yang disebabkan oleh tarikan massa bumi terhadap massa tubuhmu (karena massa bumi jauh lebih besardibandingkan massa tubuhmu).

e. Kekekalan Energi
Dalam proses perubahan energi Energi kinetik menjadi energi potensial ataupun sebaliknya, sebagian energi diubah menjadi panas (kalor) karena adanya gesekan (friksi). Misal, roda roller coaster denga rel lintasan. Energi total sistem tidak bertambah atau berkurang. Energi “hanya” berubah bentuk (misal Energi kinetik, energi potensial, maupun kalor).

g. Gaya Sentripetal, Gaya sentripetal adalah gaya yang “berusaha” menarik objek mengarah ke titik pusat (sumbu). Ketika roller coaster bergeerak melalui lintasan memutar, gaya sentripetal “mempertahankan” roller coaster agar tetap bergerak memutar.

Sumber : http://fhannum.wordpress.com/2012/11/16/fakta-fisika-pada-roller-coaster/

Video Aplikasi Gerak Melingkar


Mau tau apa itu gerak melingkar???
Yuk lihat video berikut. Selamat menonton :)

Pelangi, Peristiwa Fisika Optik

Fenomena alam ini hanya muncul sehabis hujan. Begitu indah sehingga menginspirasi banyak lagu, dongeng, dan legenda. Tapi dari kacamata sains, pelangi sangat sederhana. Itu cuma fisika optik semata.


Kunci terjadinya pelangi adalah pembiasan cahaya. Ketika dibiaskan, cahaya akan berubah arah. Biasanya pembelokan ini terjadi ketika cahaya pindah dari medium satu ke yang lain. Hal ini terjadi karena cahaya bergerak dengan kecepatan berbeda dalam medium berlainan. Ketika memasuki prisma kaca, cahaya akan dibelokkan. Begitu pula jika keluar dari prisma. Selain membiaskan cahaya, prisma memisahkan cahaya putih menjadi komponen warnanya. Warna cahaya yang berlainan ini berbeda frekuensinya, sehingga memiliki kecepatan tempuh berbeda ketika memasuki suatu zat. Cahaya yang kecepatannya rendah di dalam kaca akan dibelokkan lebih tajam ketika pindah dari udara ke kaca, karena perbedaan kecepatannya berlainan. Tak mengherankan jika komponen yang membentuk cahaya putih dipisahkan berdasarkan frekuensinya ketika melewati kaca. Pada prisma, cahaya akan dibelokkan dua kali, ketika masuk dan keluar, sehingga penyebaran cahaya terjadi. Tetesan air hujan dapat membiaskan dan menyebarkan cahaya mirip sebuah prisma. Dalam kondisi yang tepat, pembiasan cahaya ini membentuk pelangi.

Sumber : http://arindafauziapfxiii.blogspot.com/2012/05/pelangi.html

Astronomi, Ilmu Pengetahuan yang Terasingkan


Astronomi? Apa yang anda bayangkan jika mendengar istilah tersebut? Seringkali  pemahaman masyarakat indonesia mengenai apa itu astronomi justru melenceng jauh. Bagi kebanyakan masyarakat indonesia, istilah astronomi sering disamakan dengan istilah astrologi yang merupakan ilmu yang membahas mengenai masalah perbintangan. Pemahaman bahwa astronomi sama dengan astrologi masih kuat melekat didalam benak sebagian masyarakat Indonesia. Pemahaman lain yang timbul dan berkembang di masyarakat adalah mengenai pakar astronomi yang selalu di identikkan dengan seorang astronot, padahal secara kenyataan dua hal ini sangat berbeda. Pemahaman masyarakat ini timbul akibat adanya ketidakmengertian masyarakat mengenai hakikat astronomi yang sebenarnya serta apa yang dipelajari didalamnya.

Pada dasarnya astronomi secara umum merupakan sains yang menggunakan unsur matematika dan fisika, sehingga astronomi sering dikaitkan dengan perhitungan dan rumus-rumus yang rumit serta membingungkan. Akibatnya masyarakat beranggapan bahwa astronomi merupakan ilmu yang membosankan sehingga menjadikan astronomi ini kurang begitu diminati oleh masyarakat Indonesia. Penyebab lain adalah astronomi bukan merupakan ilmu yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat Indonesia dan tidak bisa dijadikan sebagai acuan seperti ilmu-ilmu lain contohnya ilmu kedokteran, ilmu ekonomi maupun ilmu sosial yang sering dijadikan sebagai pilihan yang umum oleh masyarakat Indonesia.

Jika ditelisik lebih dalam lagi, ternyata astronomi memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Astronomi merupakan salah satu cabang dari ilmu fisika yang melibatkan pengamatan benda-benda langit seperti halnya bintang, planet, komet maupun galaksi. Serta mengenai fenomen-fenomena alam yang terjadi diluar atmosfir bumi, misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB). Secara pokok, astronomi ini mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul baik sifat fisika/kimia, meterologi, gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut serta menjelaskan proses bagaiamana pembentukan dan perkembangan alam semesta. Berdasakan penjelasan ini tentu kita mengetahui bahwa astronomi tidak hanya menjelaskan mengenai masalah perbintangan saja, tapi mencakup segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta yang berhubungan dengan manusia dan kehidupannya.

Disini ruang lingkup astronomi begitu luas dan tidak hanya berada pada lingkup satu negara melainkan untuk seluruh masyarakat diseluruh belahan dunia. Di Indonesia sendiri, penerapan astronomi telah ada sejak berabad-abad silam. Tahukah anda bagaimana cara nenek moyang kita menggunakan sistem penanggalan? Atau bagaimana cara nenek moyang kita menentukan musim kemarau, hujan maupun musim panen? Dan tentunya yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara nenek moyang kita bisa mengarungi lautan yang begitu luas? Apakah mereka menggunakan peralatan canggih seperti yang kita gunakan pada saat ini? Jawabannya tentu tidak.

Di indonesia saat belum adanya sistem penanggalan seperti sekarang, masyarakat setempat menggunakan hasil dari pengamatan gerak  langit, dalam hal ini tentunya adalah gerak matahari dan bulan. Namun, sistem penanggalan yang dilakukan pada jaman dahulu masih belum secanggih seperti yang dilakukan pada masa sekarang. Setiap kegiatan yang dilakukan, nenek moyang kita menggunakan peredaran gerak benda langit untuk, seperti halnya menentukan musim tanam dan musim panen, bahkan upacara keagamaan serta ritual kepercayaan yang ada pada masa  itu juga menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan. Megutip sebuah lagu yang berjudul “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”, disini terlihat bahwa nenek moyang kita dahulunya adalah seorang pelaut ulung yang gemar mengarungi samudra luas. Untuk mengarungi samudra yang sedemikian luasnya, para nenek moyang kita pasti membutuhkan penunjuk arah, lalu apakah yang digunakan nenek moyang kita pada masa dahulu? Apakah GPS ataukah Google Earth? Jawabannya tentu bukanlah GPS, Google Earth maupun peralatan canggih-canggih lain yang ada pada masa sekarang melainkan rasi-rasi bintang yang mempunyai arti berbeda-beda sesuai dengan bentuk yang ditampilkan.


Penguasaan nenek moyang terhadap ilmu astronomi ini ditunjukkan dengan adanya bangunan candi borobudur. Kemegahan candi borobudur ini tidak hanya menunjukkan kemampuan rancang bangun nenek moyang bangsa Indonesia yang mengagumkan. Penempatan stupa terawang maupun relief yang terdapat di dinding candi borobudur menunjukkan mereka terhadap astronomi. Penelitian selama 2,5 tahun yang dilakukan Tim Arkeo-astronomi Borobudur, Institut Teknologi Bandung, menunjukkan, stupa utama candi Buddha terbesar di dunia itu berfungsi sebagai gnomon (alat penanda waktu) yang memanfaatkan bayangan sinar Matahari. Ketua Tim Arkeoastronomi ITB Irma Indriana Hariawang mengatakan bahwa Jatuhnya bayangan stupa utama pada puncak stupa terawang tertentu pada tingkatan tertentu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai Pránatamangsa (sistem perhitungan musim Jawa). Dosen Astronomi ITB yang juga anggota Tim Arkeoastronomi Borobudur ITB, Ferry M Simatupang mengatakan, sekitar tahun 800 masehi saat Borobudur dibangun, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mampu menentukan arah utara-selatan dengan benar menggunakan teknik bayangan Matahari. Sejumlah relief di Candi Borobudur juga menunjukkan kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia dalam penguasaan ilmu astronomi. Hal itu, menurut Irma, salah satunya ditunjukkan dengan gambar perahu-perahu pelaut berbagai ukuran di dinding candi. Untuk mampu mengarungi lautan, dibutuhkan kemampuan navigasi (menentukan arah) yang panduan utamanya bintang-bintang di langit.


Dengan melihat kehidupan nenek moyang kita di masa lampau, mengapa bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, astronomi tampak begitu asing? Sudah seharusnya masyarakat Indonesia menyadari bahwa sebenarnya astronomi ini sangat dekat dengan kehidupan mereka. Sehingga diperlukan upaya dari pihak-pihak tertentu untuk mengakrabkan astronomi pada masyarakat khususnya masyarakat awam. Seperti yang dilakukan oleh peneliti astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin. Tulisannya yang mendalam mengenai astronomi, bisa dibuat sesederhana mungkin sehingga ilmu yang dianggap rumit itu bisa dipahami orang awam. Selain itu, upaya pemerintah juga diperlukan dalam menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan astronomi karena selama ini Indonesia hanya memiliki sedikit sekali fasilitas pendukung kegiatan astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta. Pakar astronomi dan pemerintah juga dapat bekerja sama dengan memanfaatkan segala macam bentuk media yang tersedia sehingga keinginan adanya majalah dan buletin astronomi bukan hanya sekedar mimpi.

Jika kita ingin menjadi negara maju, kita seharusnya tidak terpukau pada ilmu-ilmu yang sedang populer tapi kita juga perlu mempelajari mengenai alam dan seisinya agar kita sadar bahwa masih banyak hal yang luar biasa yang harus diketahui. Akankah semua itu dapat terwujud? Hanya dengan semangat dari pihak-pihak terkait seperti pakar astronomi, pemerintah dan masyarakat, kemungkinan cita-cita untuk mengakrabkan astronomi pada masyarakat dapat terwujudkan. Bukankah kita harus tetap harus optimis menyikapi segala tantangan? Yuk, mari belajar astronomi !

Akhir Kehidupan Bintang Serupa Matahari

Kala menatap langit malam, rasanya tak percaya kalau kehidupan bintang-bintang tidaklah kekal. Sebagian cahaya kecil berkerlap-kerlip yang kita lihat bertaburan di langit malam telah ada disana sepanjang sejarah umat manusia. Pada kenyataannya, sepeti halnya manusia, bintang-bintang itu dilahirkan, menjalani hidupnya, menjadi tua dan akhirnya mati.

Bagaimana akhir hidupnya bergantung pada massanya. Bintang-bintang yang kecil menggembung dan menghembuskan materinya, layaknya angin yang berhembus memadamkan lilin, sedangkan bintang-bintang besar mati dalam ledakan dramatis, milyaran milyar kali lebih dahsyat daripada ledakan bom atom! Para astronom yakin, kita telah mengetahui dengan pasti siklus hidup bintang yang massanya sama dengan massa matahari, yang merupakan bintang kecil. Bintang-bintang seperti matahari akan melontarkan atmosfernya ke ruang angkasa menjelang akhir hidupnya. Materi yang dilontarkan ini kemudian akan membentuk bintang-bintang generasi baru. Seperti siklus kehidupan dibumi, kan? Namun, penelitian baru mengenai bintang-bintang purba yang tinggal di gugus bola telah mengguncang dunia ilmu ruang angkasa. Gugus bola adalah grup raksasa beranggotakan bintang-bintang , penelitian itu menunjukkan bahwa banyak bintang seperti matahari yang sama sekali tidak mengalami tahap melontarkan atmosfer.

Hasil penelitian ini sangat mengejutkan. Penelitian itu menunjukkan bahwa semua bintang pada fase tersebut telah berusia sangat tua. Dan tak satupun bintang generasi berikutnya, yang sampai pada fase tersebut, ternyata sekitar 70% bintang melompatinya. Bintang-bintang itu malahan langsung pensiun menjadi bintang katai putih. 


Fakta menarik :
Tahukah kalian, kenapa tidk ada yang pernah melihat apa yang terjadi ketika suatu bintang bermassa kecil mati? Begini, umur alam semesta kita ini sekitar 13,8 milyar tahun. Bintang-bintang bermassa sekitar 10 kali lebih kecil daripada massa mataharimempunyai energi yang cukup untuk hidup selama 6 hingga 12 trilyun tahun. Jauh lebih lama dari umur alam semesta sekarang (Ratna Satyaningsih/Langit Selatan). 

Misteri Magnet Terkuat di Jagad Raya Terpecahkan

Alam semesta ini sangatlah luas dan penuh dengan objek-objek ajaib yang tak terhingga banyaknya. Jadi, tidaklah aneh kalau kita sering menemukan hal-hal baru di alam semesta. Namun, sebagian penemuan lebih menarik daripada penemuan lain, seperti penemuan di pekan ini. Penemuan tersebut berhasil menguak misteri yang hidup selama 35 tahun: misteri magnetar yang terkucilkan.
Setiap ada bintang yang mati, tercipta objek baru yang eksotis. Jenis objek tersebut tergantung pada ukuran bintang semula. Misalnya, jika bintang bermassa lebih dari 30 kali massa Matahari tiba di akhir hayatnya, bintang itu akan menjadi lubang hitam. Namun, tiga tahun lalu astronom menemukan sisa-sisa bintang bermassa 40 kali massa Matahari. Anehnya, apa yang mereka temukan bukan lubang hitam, melainkan magnetar.


Ilustrasi sebuah magnetar. Bintang ini sangat panas dan mampat sehingga berwarna biru keputihan. Kalian tidak akan betul-betul melihat garis-garis lengkung yang keluar dari bintang. Garis-garis itu hanya untuk menggambarkan betapa kuatnya medan magnet si bintang. Pada kenyataannya, medan magnet tidak nampak. Kredit: ESO/L. Calçada.

Magnetar adalah objek yang dianggap aneh, bahkan dalam standar astronomis sekalipun.Objek ini acapkali memecahkan rekor dalam hal ukuran dan kerapatan. Magnetar tidak sampai sebesar kota tapi massanya lebih besar dari Matahari. Magnetar juga berputar sangat cepat dan merupakan magnet yang sangat kuat! Ada yang lebih aneh lagi dari magnetar: magnetar yang sendirian. Magnetar terbentuk dari interaksi antara dua bintang, artinya magnetar perlu pasangan supaya eksis.Namun, magnetar yang satu ini ditemukan melayang-layang sendirian di angkasa.

Para astronom meyakini tepat sebelum bintang masif itu menjadi lubang hitam, bintang pasangannya menghisap sebagian materinya. Bintang tersebut melahap materi-materi dari si bintang masif. Akibatnya, ketika datang saatnya meledak, si bintang masif tidaklagi mempunyai cukup massa untuk membentuk lubang hitam dan malah membentuk magnetar. Para astronom juga yakin kalau sebuah bintang membantu pembentukan magnetar yang misterius ini sebelum akhirnya bintang tersebut dilontarkan keluar ketika si magnetar meledak. Pencarian bintang pasangan yang kabur pun dimulai.

Pekan ini, setelah bertahun-tahun mencari, astronom mengumumkan mereka telah menemukan si tersangka yang kabur dari tempat kejadian. Setelah mengetahui lokasi bintang tersebut, astronom kini mempunyai lebih banyak bukti yang mendukung teori pembentukan magnetar.

Fakta Menarik: Magnetar merupakan magnet terkuat di alam semesta. Seandainya ada magnetar pada jarak setengah kali jarak Bumi-Bulan, magnetar akan merusak strip magnet seluruh kartu kredit di Bumi!

Sumber : http://langitselatan.com/2014/05/14/misteri-magnet-terkuat-di-jagad-raya-terpecahkan/

Minggu, 25 Mei 2014

Matahari, salah satu objek seni alam semesta



Aurora merupakan pancaran cahaya pada langit daerah lintang tinggi, sebagai akibat atas pembelokan partikel angin matahari oleh magnetosfer ke arah kutub, serta adanya reaksi dengan molekul-molekul atmosfer.
Matahari atau Bintang Merah yang menjadi pusat orbit planet-planet wilayah tatasurya ternyata hanyalah satu diantara milyaran bintang lainnya di galaksi bimasakti. Pada inti pusatnya, ia memiliki suhu 14 juta kelvin dengan tekanan 100 milyar kali lipat tekanan atmosfer di bumi. Cahaya yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi termonuklir yang terjadi pada inti bintang. Secara konveksi, energi hasil reaksi fusi tersebut dialirkan ke permukaan. Dari aliran konveksi tersebut, tercipta medan magnet yang sangat kuat di permukaan matahari. Daerah-daerah medan magnet tersebut relatif gelap (lebih dingin) dari pada sekitarnya, sehingga ia dinamakan bintik matahari atau sunspot.
Sunspot ini dianggap sebagai bendungan pasir pada arus air yang liar, ketika kekuatannya sudah tak sanggup lagi menahan tekanan arus, maka ia akan ‘jebol’. ‘Jebol’nya sunspot ini akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai arus proton atau elektron. Energi yang dilontaran keluar matahari tersebutlah  yang disebut sebagai angin matahari. Jika dengan intensitas yang besar maka dinamakan badai matahari.
Perjalanan angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama 18 jam hingga 2 hari perjalanan antariksa. Ketika melewati Merkurius dan Venus, angin matahari akan langsung begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami peningkatan suhu yang luar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron yang dibawanya. Namun demikian, lain halnya ketika angin matahari itu menghantam bumi.

Bumi ini bagaikan magnet yang berukuran sangat besar, dengan kutub-kutub magnetnya hampir berdekatan dengan kutub geografis bumi. Sehingga bumi ini dilapisi oleh medan magnet (magnetosfer) yang berbentuk sebuah perisai yang mirip dengan buah apel, dimana bumi berada pada inti buahnya dan magnetosfer berada pada kulit buah apel. Magnetosferini terdiri dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya, sabuk radiasi van allen yang berada di sekitar ekuator (khatulistuwa). Layaknya sebuah perisai, magnetosfer dan sabuk van allen melindungi bumi dari terpaan partikel angin matahari.
Ketika angin matahari menerpa magnetosfer, partikel-partikel angin matahari dibelokkan dan tertarik menuju kutub medan magnet bumi. Semakin tinggi energi partikel, maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran partikel yang tertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom yang ada di atmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan elektron yang bersinggungan dengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara visual melalui pendar cahaya yang berwarna-warni di langit, atau yang kita kenal sebagai Aurora. Di kutub utara bumi, aurora ini disebut sebagai aurora borealis, dan di kutub selatan, disebut sebagai aurora australis.
Reaksi antara partikel angin matahari dengan atmosfer bumi, menghasilkan berbagai macam warna pada aurora. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh jenis atom yang berinteraksi dengan proton dan elektron, mengingat pada ketinggian-ketinggian tertentu, jenis atom penyusun atmosfer tidaklah sama. Pada ketinggian di atas 300 km, partikel angin matahari akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen sehingga terbentuk warna aurora kemerah-merahan. Semakin turun, yakni pada ketinggian 140 km, partikel angin matahari bereaksi dengan atom oksigen yang membentuk cahaya aurora berwarna biru atau ungu. Sementara itu, pada ketinggian 100 km proton dan elektron bersinggungan dengan atom oksigen dan nitrogen sehingga aurora tervisualisasikan dengan warna hijau dan merah muda.
Ketika aktivitas matahari dalam keadaan stabil, maka frekuensi terbentuknya aurora lebih sering pada bulan-bulan ekuinoks (ekuinoks musim semi jatuh pada tanggal 23 Maret, dan ekuinoks musim gugur adalah tanggal 21 September). Namun demikian ketika aktivitas matahari sedang meningkat, atau dengan kata lain intensitas angin matahari tinggi, maka cahaya aurora pun akan terbentuk semakin terang.

Kamis, 22 Mei 2014

Fisika, apakah itu???



Kata fisika sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “alam”. Sedangkan pengertian fisika itu sendiri merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam. Gejala-gejala yang dipelajari dalam fisika, pada mulanya merupakan apa yag dialami oleh indra kita, misalnya seperti penglihatan yang menjadi dasar ditemukannya optika atau cahaya, kemudian pendengaran yang merupakan dasar tentang bunyi dan sifat-sifatya, indra peraba yang berperan untuk merasakan panas maupun dinginnya suatu benda.
  
Tentunya banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa perlu mempelajari fisika ? Dalam hal ini, fisika menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda, khususnya benda mati. Menurut sejarah, fisika merupakan bidang ilmu yang tertua karena dimulai dengan pengamatan-pengamatan dari gerakan benda-benda langit bagaimana lintasannya, periodenya, usianya dan lain-lain. Bidang ilmu ini telah dimulai berabad-abad yang lalu dan mengalami perkembangan pada zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan hukum-hukum mengenai benda yang jatuh., sedangkan Newton mempelajari gerak termasuk kedalamnya adalah gerak planet-planet pada sistem tata surya.
  
Pada zaman sekarang, ilmu fisika sangat mendukung perkembangan teknologi, industri, komunikasi termasuk yang berbasis kerekayasaan (engineering), kimia, biologi, kedokteran dan lain-lain. Ilmu fisika sangat menarik untuk dipelajari dikarenakan, ilmu fisika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai fenomena yang sifatnya menarik. Seperti Mengapa bumi dapat mengelilingi matahari? Bagaimana udara dapat menahan pesawat terbang yang berat? Mengapa langit tampak berwarna biru? Bagaiman tayangan telivisi dapat menjangkau tempau-tempat yang jauh? Mengapa sifat-sifat listrik sangat diperlukan dalam sistem komunikasi dan industri? Dan akhirnya, bagaimana pesawat dapat mendarat dibulan?

Ini semua dapat ditemukan dan dipelajari dalam berbagai bidang ilmu fisika. Untuk sekarang ini, secara garis besar fisika terbagi kedalam dua kelompok, yaitu Fisika klasik (yang bersumber pada gejala-gejala yang dapat ditangkap oleh indra meliputi mekanika, listrik magnet, panas, bunyi, otika dan gelombang yang menjadi batasan antara fisika klasik dan fisika modern. Fisika modern berkembang mulai abad ke-20, sejak penemuan teori relativitas Einstein dan radioaktivitas oleh keluarga Curie.