Kala menatap langit malam, rasanya tak percaya kalau
kehidupan bintang-bintang tidaklah kekal. Sebagian cahaya kecil
berkerlap-kerlip yang kita lihat bertaburan di langit malam telah ada disana
sepanjang sejarah umat manusia. Pada kenyataannya, sepeti halnya manusia,
bintang-bintang itu dilahirkan, menjalani hidupnya, menjadi tua dan akhirnya
mati.
Bagaimana akhir hidupnya bergantung pada massanya.
Bintang-bintang yang kecil menggembung dan menghembuskan materinya, layaknya
angin yang berhembus memadamkan lilin, sedangkan bintang-bintang besar mati
dalam ledakan dramatis, milyaran milyar kali lebih dahsyat daripada ledakan bom
atom! Para astronom yakin, kita telah mengetahui dengan
pasti siklus hidup bintang yang massanya sama dengan massa matahari, yang
merupakan bintang kecil. Bintang-bintang seperti matahari akan melontarkan
atmosfernya ke ruang angkasa menjelang akhir hidupnya. Materi yang dilontarkan
ini kemudian akan membentuk bintang-bintang generasi baru. Seperti siklus
kehidupan dibumi, kan? Namun, penelitian baru mengenai bintang-bintang
purba yang tinggal di gugus bola telah mengguncang dunia ilmu ruang angkasa.
Gugus bola adalah grup raksasa beranggotakan bintang-bintang , penelitian itu
menunjukkan bahwa banyak bintang seperti matahari yang sama sekali tidak
mengalami tahap melontarkan atmosfer.
Hasil penelitian ini sangat mengejutkan. Penelitian
itu menunjukkan bahwa semua bintang pada fase tersebut telah berusia sangat
tua. Dan tak satupun bintang generasi berikutnya, yang sampai pada fase
tersebut, ternyata sekitar 70% bintang melompatinya. Bintang-bintang itu
malahan langsung pensiun menjadi bintang katai putih.
Fakta
menarik :
Tahukah kalian,
kenapa tidk ada yang pernah melihat apa yang terjadi ketika suatu bintang
bermassa kecil mati? Begini, umur alam semesta kita ini sekitar 13,8 milyar
tahun. Bintang-bintang bermassa sekitar 10 kali lebih kecil daripada massa
mataharimempunyai energi yang cukup untuk hidup selama 6 hingga 12 trilyun
tahun. Jauh lebih lama dari umur alam semesta sekarang (Ratna
Satyaningsih/Langit Selatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar